TikTok, platform social commerce asal Tiongkok, semakin memperkuat posisinya di pasar Indonesia. Selain mengakuisisi sebagian besar saham Tokopedia, TikTok dikabarkan akan memasuki bisnis tiket pesawat, hotel, dan pemesanan makanan. Meskipun rumor ini dibantah oleh TikTok dan Traveloka, potensi TikTok untuk mengeksplorasi industri ini tetap terbuka.
TikTok memiliki 112 juta pengguna di Indonesia, yang merupakan basis kuat untuk memasuki pasar online travel agent (OTA). Dengan modal besar, TikTok mampu bersaing dengan pemain eksisting seperti Traveloka dan Tiket.com. Namun, persaingan ini akan memerlukan "bakar uang" yang signifikan untuk menawarkan insentif menarik kepada pengguna.
Masuknya TikTok ke bisnis OTA tidak mudah karena regulasi perdagangan elektronik di Indonesia. Tanpa akuisisi perusahaan lokal, TikTok mungkin menghadapi hambatan peraturan yang signifikan. Sebagai contoh, Permendag No.31/2023 mengatur perizinan bisnis perdagangan melalui sistem elektronik yang juga mencakup agen perjalanan online.
Direktur Eksekutif ICT Institute, Heru Sutadi, menyebutkan bahwa TikTok bisa mengancam dominasi pemain OTA saat ini. Dengan strategi akuisisi, TikTok dapat dengan cepat memasuki pasar ini. Namun, pendekatan organik mungkin tidak efisien bagi TikTok mengingat besarnya investasi yang diperlukan.
Ketua Umum Idiec, Tesar M. Sandikapura, melihat ambisi TikTok untuk meniru WeChat dengan mengembangkan super aplikasi yang mengintegrasikan berbagai layanan, termasuk pemesanan hotel dan tiket pesawat. Langkah ini masuk akal mengingat potensi pasar yang besar di Indonesia. Namun, akuisisi startup lokal tetap menjadi langkah paling praktis untuk TikTok.
TikTok memiliki potensi besar untuk mengubah dinamika industri OTA di Indonesia. Namun, tantangan regulasi dan persaingan dengan pemain eksisting akan menjadi faktor penentu kesuksesannya. Langkah strategis seperti akuisisi perusahaan lokal mungkin menjadi kunci untuk masuk dan berkembang di pasar ini.